JENIS DAN PENANGANAN KONJUNGTIVITIS


Oleh Suci Rahmawati
11103241020 / PLB 4A


PENDAHULUAN
Mata merupakan organ yang penting dimiliki makhluk hidup termasuk manusia karena berfungsi untuk melihat. Konjungtiva merupakan bagian mata yaitu suatu lapisan yang melapisi palpebra (kelopak mata) bagian dalam dan sklera. Mata seringkali mengalami gangguan seperti konjungtivitis. Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau peradangan sebagian besar merupakan selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan bola mata (http://jurnal.usu.ac.id).
Menurut data rekam medis pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Juni 2009 – April 2010 dengan sampel 102 orang, jumlah penderita konjungtivitis pada musim kemarau sebanyak 47 orang sedangkan pada musim hujan sebanyak 55 orang. Walaupun demikian tidak ada pengaruh yang signifikan antara musim terhadap angka kejadian konjungtivitis (http://publikasi.umy.ac.id).
Paparan sinar ultra violet dari cahaya elektroda pengelasan listrik juga dapat menimbulkan penyakit mata seperti konjungtivitis (http://eprints.undip.ac.id). Penyakit mata merupakan penyakit yang mudah menular, termasuk juga konjungtivitis. Konjungtivitis membuat penderitanya merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan orang lain karena dikhawatirkan akan menulari. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Konjungtivitis yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Penanganan pada penyakit mata seperti konjungtivitis ini harus segera dilakukan agar tidak berakibat pada gangguan penglihatan bahkan kebutaan. Oleh karena itu, kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis beserta penanganannya agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.

PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Masyarakat pada umumnya mengenal konjungtivitis sebagai mata merah. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut. Untuk menentukan seseorang mengalami konjungtivitis atau tidak, maka perlu diidentifikasi apakah mata merahnya disebabkan perdarahan subkonjungtiva atau pelebaran pembuluh darah.
Konjungtivitis adalah kondisi dimana dijumpai injeksi konjungtiva dan hiperemi konjungtiva tarsal. Jika hanya terdapat injeksi konjungtiva dan tidak ada hiperemi konjungtiva tarsal maka itu bukanlah konjungtivitis, melainkan suatu iritasi konjungtiva bulbi antara lain oleh sebab kelelahan mata, iritasi angin atau asap dan kurang tidur. Konjungtivitis  dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamida, alergi toksik dan molluscum contagiosum  (Ilyas, 2008: 121).

B.     Tanda-tanda Konjungtivitis
Ada beberapa tanda konjungtivitis yang secara umum dapat kita lihat sebagai acuan untuk membedakannya dengan penyakit mata lainnya, antara lain:
  1. Adanya papil, yaitu seperti batu kerikil yang biasanya tampak pada bagian tarsus superior.
  2. Adanya folikel, berupa tonjolan lesi gelatinosa oval dengan diameter sekitar 1mm. Biasanya ditemukan pada konjungtiva tarsal bawah, tepi tarsal atas atau pada limbus. Keadaan seperti ini disebut folikel, disebabkan infeksi virus dan klamida.
  3. Adanya injeksi konjungtiva yaitu pelebaran arteri konjungtiva posterior.
  4. Adanya perdarahan subkonjungtiva, seringkali berwarna merah terang karena teroksigenisasi penuh oleh udara sekeliling melalui konjungtiva.



C.     Jenis dan Penanganan
Ada beberapa jenis konjungtivitis yang penanganannya tentu berbeda. Berikut adalah jenis-jenis konjungtivitis beserta cara penanganannya yaitu :
  1. Konjungtivitis kataral
Pada konjungtivitis kataral terjadi infeksi konjungtiva dan hipermi konjungtiva tarsal. Terkadang juga terdapat secret berupa serus, mucus atau mukopurulen. Konjungtivitis disebabkan virus misal morbili, bahan kimia basa atau lainnya seperti Herpes zoster oftalmik. Untuk penanganan konjungtivitis kataral bisa dilakukan pengobatan tergantung penyebabnya. Jika penyebabnya adalah bakteri, maka diberi antibiotic seperti tetrasiklin, kloromisitin, sulfasetamid. Jika penyebabnya adalah virus, maka diberi obat antivirus seperti I.D.U untuk infeksi herpes simplek. Bila banyak secret bersihkan dulu sebelum diberi obat.
  1. Konjungtivitis purulen, mukoporulen
Konjungtivitis jenis ini terjadi pada siapa saja baik orang dewasa, anak-anak maupun bayi. Pada orang dewasa disebabkan infeksi gonokok. Jika pada bayi, penyebabnya karena infeksi yang timbul saat melewati jalan lahir (uretritis gonore ibunya). Oleh karena itu, seringkali bayi yang baru lahir di tetesi obat mata atau salep antibiotika untuk mematikan bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada konjungtiva. Terdapat sekret mukopurulen yang sering dianggap sebagai secret purulen. Mata selalu dibersihkan dari secret sebelum pengobatan. Kalau dalam satu atau dua hari tidak tampak perbaikan maka perlu dipikirkan adanya resistensi kuman terhadap penisilin. Sebagai ganti dapat diberikan tetrasiklin, garamisin atau kemisitin zalf mata.
  1. Konjungtivitis Membran
Pada konjungtivitis membran ditandai adanya membran/selaput berupa massa putih pada konjungtiva tarsal dan terkadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Konjungtivitis membran dapat disebabkan oleh infeksi streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Untuk menangani konjungtivitis membran perlu diperiksa membrannya untuk mencari penyebab infeksi. Jika penyebabnya infeksi streptokok B. hemolitik, maka diberikan antibiotic sensitive. Jika infeksi dipteria maka diberi salep mata penisilin.
  1. Konjungtivitis folikular
Konjungtivitis folikular adalah peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan folikel. Folikel dianggap sebagai suatu reaksi adenoid pada konjungtiva akibat berbagai rangsangan seperti bakteri, virus dan bahan-bahan kimia. Kelainan ini biasanya disertai sekresi mata yang bertambah. Trakoma termasuk dalam konjungtiva folikular yang disebabkan oleh Chlamidia trachromatis. Trakoma merupakan penyebab infektif kebutaan tersering di dunia meski tidak sering terjadi di negara maju (James, 2006: 65). Penanganannya berupa pemberian salep mata derivat tetrasiklin atau sulfonamide oral.
  1. Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren terutama pada musim panas. Pada pemeriksaan didapatkan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cabble stone di konjungtiva tersalis superior dan konjungtiva tarsal inferior. Gambaran yang mirip dengan konjungtivitis vernal dapat dijumpai pada pemakaian lensa kontak lembut. Untuk penanganan dapat diberi pengobatan kortikosteroid tetes atau salep mata. Apabila terdapat ulkus kornea, maka pemberian kortikosteroid merupakan kontra indikasi. Ulkus diobati dengan pemberian antibiotic dan untuk menekan peradangan sebaiknya diberikan obat-obatan anti radang non steroid.
  1. Konjungtivitis flikten
Konjungtivitis flikten disebabkan oleh alergi (hipersensitivitas tipe IV) terhadap tuberkuloprotein, stafilokok, limfogranuloma venereal, leismaniasis, infeksi parasit dan infeksi ditempat lain didalam tubuh. Penyakit ini dapat mengenai dua mata, tetapi dapat pula mengenai satu mata dan sifatnya sering kambuh. Apabila flikten timbul pada kornea dan sering kambuh, maka dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus-menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah silau dan rasa seperti berpasir. Untuk penanganannya perlu dilakukan pengobatan seperti pemberian obat tetes mata atau salep mata kortikosteroid local.

D.    Pencegahan
Ada beberapa upaya pencegahan untuk menangani kasus konjungtivitis, antara lain:
  1. Sebaiknya sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita konjungtivitis harus mencuci tangannya bersih-bersih agar tidak menulari orang lain.
  2. Sebaiknya tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
  3. Sebaiknya tidak menggunakan handuk atau lap bersama dengan orang lain.
  4. Sebaiknya menggunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
  5. Sebaiknya mengganti sarung bantal dan handuk yang kotor dengan yang bersih setiap hari.
  6. Sebaiknya menghindari penggunaan bantal, handuk dan saputangan bersama.
  7. Sebaiknya tangan tidak memegang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan menghindari mengucek-ngucek mata.
  8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissu atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

PENUTUP
Konjungtivitis merupakan salah satu jenis penyakit mata yang perlu kita waspadai. Hal ini karena konjungtivitis mudah menular terutama yang disebabkan karena bakteri dan virus. Konjungtivitis dapat berakibat pada gangguan penglihatan yang hebat bahkan mengakibatkan kebutaan jika tidak segera ditangani. Ada beberapa jenis konjungtivitis, yaitu konjungtivitis kataral, konjungtivitis purulen dan mukopurulen, konjungtivitis membran, konjungtivitis folikular termasuk trakoma, konjungtivitis vernal dan konjungtivitis flikten. Penanganan yang tepat terhadap suatu jenis konjungtivitis akan berarti agar penderitanya cepat dapat kembali bersosialisasi dengan orang lain. Ada baiknya mencegah dari pada mengobati. Dengan mengetahui beberapa hal yang dapat menulari penyakit konjungtivitis maka kita dapat mengantisipasi hal-hal tersebut dan terhindar dari penyakit konjungtivitis ini.

DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.  2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: CV.Sagung Seto.

Bruce, James dkk. 2006. Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.

Sidarta, Ilyas. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Rizqi Arrizal dan Yunani S. “Pengaruh Musim Hujan dan Musim Kemarau Terhadap Angka Kejadian Konjungtivitis di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta” diakses melalui http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-dokter/article/view/3997/3331 pada 27 Maret 2013 pukul 09.30.

Pujiyanti, Aryani. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan konjungtivitis pada pekerja pengelasan listrik di bengkel radas jaya Semarang” diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/8114/ pada 1 April 2013 pukul 11.00.

Fivit Y Hutagalung, Hiswani dan Jemadi. 2013. “Karakteristik Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan Di RSUD DR Pirngadi Medan Tahun 2011” diakses melalui http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/1187 pada 1 April 2013 pukul 11.00.